Non-Muslim yang Berjasa kepada Nabi - Dalam episode kehidupan Nabi Muhammad ada sejumlah orang yang tidak 
atau (saat itu belum) bergabung dalam barisan umat, namun telah membantu
 Nabi Muhammad SAW dengan cara mereka masing-masing. Mereka melindungi, 
memandu, membantu dan berteman setia kepada Nabi Muhammad dan secara 
tidak langsung membantu perjuangan dakwah Nabi Muhammad.
Kita mulai dengan Waraqah bin Naufal, sosok yang hanif. Di saat Nabi 
Muhammad guncang jiwanya dan merasa ragu benarkah telah didatangi 
malaikat Jibril. Khadijah membawa Nabi Muhammad menemui Waraqah. Setelah
 menyimak cerita Nabi Muhammad dan lima ayat pertama yang diterimanya, 
Waraqah berkata: “Ini adalah orang yang sama yang membawa wahyu yang 
telah dikirim Allah kepada Musa (malaikat Jibril)”.
Pernyataan Waraqah itu menenangkan Nabi Muhammad. Pada saat kritis di
 awal kenabian, Waraqah telah memberi kesaksian bahwa yang datang 
kepadanya itu malaikat Jibril, bukan syetan.
Sosok kedua yang membantu Nabi Muhammad adalah pamannya Abu Thalib. 
Tidak perlu saya tuliskan ulang kisahnya di sini. Semua mafhum akan 
perlindungan yang diberikan Abu Thalib, kepala suku Quraisy, kepada 
keponakannya ini. Pada masa itu sistem klan begitu kuat, siapa yang 
mendapat perlindungan sebuah klan maka hidupnya aman. Siapa yang berani 
mencelakakannya akan berhadapan dengan klan tersebut. Maka perlindungan 
Abu Thalib telah membuat Nabi aman. Cuma ada gangguan kecil saja.
Namun bagaimana dengan umat Nabi Muhammad? Suku Quraisy adalah suku 
terhormat sehingga Nabi Muhammad tidak terancam jiwanya, tapi 
sahabat-sahabat yang lain mengalami berbagai ancaman yang berat. Maka 
Nabi memerintahkan para sahabat hijrah ke Habasyah. Ini negeri Kristen. 
Para sahabat kemudian dilindungi oleh Raja Habasyah. Lihatlah bagaimana 
para sahabat mencari perlindungan ke negeri berpenduduk Kristen, persis 
seperti sekarang gelombang pengungsi dari Syiria, Yaman, Libya, Iraq, 
Afghanistan, Tunisia memasuki Eropa dan berlindung di negara Kristen.
Nabi Muhammad masih aman sampai kemudian Abu Thalib wafat. Maka Abu 
Lahab yang mengomandani suku Quraisy mengumumkan melepaskan perlindungan
 kepada Nabi Muhammad. Itu artinya siapapun bisa membunuh beliau dan 
tidak akan ada suku Quraisy yang membelanya. Nasib pilu membuat Nabi 
lari dikejar-kejar mereka yang hendak mencelakakannya. Nabi dengan 
berdarah-darah dilempari penduduk Thaif.
Untunglah ada kepala suku kecil yang bersedia melindungi Nabi 
Muhammad. Mu’thim bin Adi mengumumkan bahwa Muhammad berada dalam 
perlindungannya. Amanlah saat itu nyawa Nabi Muhammad. Mu’thim tidak 
percaya agama Allah tapi dia mau melindungi Muhammad SAW saat itu. 
Mu’thim melepaskan perlindungan setelah peristiwa isra mi’raj dimana dia
 menuduh Nabi Muhammad berbohong dan karenanya dia secara terbuka 
melepaskan jaminan perlindungannya terhadap Nabi Muhammad SAW.
Dalam kondisi itulah turun perintah hijrah ke Yatsrib. Saat itu nyawa
 Muhammad SAW benar-benar terancam, hanya hijrah satu-satunya jalan 
keluar. Abu Bakar dan Nabi Muhammad memutuskan pergi malam-malam ke 
Yatsrib. Mereka ditolong oleh seorang non-Muslim namanya Abdullah bin 
Arqat (saat itu belum masuk islam). Abdullah bin Arqat inilah yang 
memimpin perjalanan Nabi melewati jalan yang tidak biasa guna mengelabui
 dan menghindari kejaran kafir jahiliyah. Sekali lagi, non-Muslim 
berjasa di sini.
Terakhir, banyak yang tidak tahu bahwa ada seorang rabbi Yahudi yang 
sangat sayang kepada Nabi Muhammad. Mukhayriq namanya. Dia seorang kaya 
raya dan kemudian memutuskan ikut perang Uhud membela Nabi Muhammad. Dia
 berwasiat bahwa kalau dia terbunuh maka semua kekayaannya diserahkan 
kepada Nabi Muhammad.
Peperangan terjadi pada hari sabtu, dan sebagai Yahudi seharusnya dia
 diam di rumah. Namun dia memutuskan tetap pergi membantu Nabi Muhammad.
 Dalam keadaan terluka parah di perang Uhud, Nabi Muhammad diberitahu 
bahwa Mukhayriq telah gugur dan memberikan kekayaannya untuk Nabi 
Muhammad. Nabi berkomentar: “dia yahudi terbaik!”. Mukhayriq tetap wafat
 dalam keadaan Yahudi.
Sejarah menyisakan cerita manis bagaimana Nabi Muhammad SAW menjalin 
hubungan baik dengan non-Muslim. Sekarang membaca kembali sejarah ini, 
tiba-tiba saya merasa malu sekali: di tangan kita Islam telah berubah 
dari agama yang menebar rahmat menjadi agama yang gampang melaknat; dari
 agama yang begitu ramah menjadi agama yang penuh api amarah, dari agama
 yang penuh kasih sayang menjadi agama yang pemeluknya sedikit-sedikit 
merasa tersinggung dan berteriak, “ini penistaan agama!”
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School
Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School

