Profil Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin Suci Manyar Gresik
I. Letak Geografis Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin Suci Manyar Gresik (PPMS)
Mambaus
 Sholihin adalah sebuah institusi yang terletak di kawasan pegunungan 
Suci, bersuhu udara cukup hangat, ± 25 °C. Kawasan ini berada kurang 
lebih 3 Km dari terminal Bunder (jalur utama Surabaya-Jakarta). Dan 2 Km
 dari Pertigaan Desa Tenger Sukomulyo yang terletak di jalur pantura ini
 termasuk kawasan yang cukup makmur ekonominya. Dengan sumber daya 
alamnya serta pasokan air yang melimpah ruah, (konon merupakan sumber 
mata air yang muncul pada saat Kanjeng Sunan Giri hendak berwudhu), 
merupakan aset yang sangat berharga bagi masyarakat sekitar dan juga 
bagi Pesantren.
Mambaus
 Sholihin berdiri di areal perkebunan cukup luas, yang dipisahkan oleh 
ruas jalan utama Bunder-Tenger menjadi dua bagian, untuk kompleks Putra 
di sebelah barat jalan, dan untuk kompleks Putri di sebelah timur jalan,
 pemisahan ini menjadikan situsasi yang kondusif dan memudahkan 
pengaturan antara santri Putra dan Putri.
Mengingat
 letaknya yang strategis (tepat disebelah jalan utama) dan mudah 
dijangkau dari berbagai penjuru, menjadikan Mamba'us Sholihin adalah 
sebuah institusi yang tergolong cepat perkembangannya.
II. Sejarah Pendirian Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin Suci Manyar Gresik (PPMS)
Pondok
 Pesantren Mamba'us Sholihin dirintis oleh ayahanda KH. Masbuhin Faqih, 
yaitu Al Maghfurlah Al Mukarrom KH. Abdullah Faqih Suci sekitar tahun 
1969 yang pada mulanya berupa surau kecil untuk mengaji AI-Qur’an dan 
Kitab Kuning di lingkungan desa Suci dan sekitarnya.
Pada
 tahun 1976 Al Mukarram KH. Masbuhin Faqih (putra pertama KH. Abdullah 
Faqih Suci) yang baru mendapatkan restu dari Al Mukkarrom KH. Abdullah 
Faqih Langitan untuk berjuang di tengah masyarakat, namun beliau masih 
mempertimbangkan kembali untuk mendirikan sebuah Pesantren, meskipun 
pada saat itu semangat beliau untuk mendirikan Pesantren sangat besar. 
Hal ini didasari oleh perasaan khawatir beliau akan  timbulnya nafsu  (hubb Talamidz),
 karena mendirikan pondok harus benar-benar didasari oleh ketulusan hati
 untuk Nasrul Ilmi (untuk menegakkan Agama Allah), bukan atas dorongan 
nafsu, apalagi punya keinginan mendapatkan santri yang banyak.
Berkat dorongan dari guru-guru beliau yaitu KH. Abdul
 Hadi Zahid, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Abdul Hamid Pasuruan, KH. 
Usman Al-Ishaqi, serta keinginan luhur beliau untuk Nasrul Ilmi, maka 
didirikanlah sebuah pesantren yang kelak bernama Mamba'us Sholihin. 
Adapun dana pertama kali yang digunakan untuk membangun pondok adalah 
pemberian guru beliau, KH. Abdullah Faqih Langitan. Pada saat pendirian 
Pesantren, KH. Masbuhin Faqih masih menimba serta mendalami ilmu di 
Pondok Pesantren Langitan. 
Sebelum
 Pesantren Mamba'us Sholihin didirikan, Al Mukarrom KH. Abdullah Faqih 
Langitan sempat mengunjungi lokasi yang akan digunakan untuk membangun 
Pesantren. Setelah beliau mengelilingi tanah tersebut, beliau berkata 
kepada KH. Masbuhin Faqih, “Yo wis tanah iki pancen cocok kanggo pondok,
 mulo ndang cepet bangunen”.("Ya sudah, tanah ini memang cocok untuk 
dibangun pondok pesantren, maka dari itu cepat bangunlah"). Tidak lama 
kemudian beberapa Masyayikh dan Habaib juga berkunjung ke lokasi 
tersebut,. Diantara Habaib dan Masyayikh yang hadir yaitu KH. Abdul 
Hamid (Pasuruan), KH. Usman Al-Ishaqi (Surabaya), KH. Dimyati Rois 
(Kaliwungu), Habib Al Idrus dan Habib Macan dari Pasuruan.
Pada
 tahun 1402 H atau tepatnya pada tahun 1983 M, barulah dilakukan 
pembangunan Musholla Pondok Pesantren Mambaus Sholihin (sekarang 
merupakan Pondok Barat). Saat itu KH. Masbuhin Faqih sedang menunaikan 
lbadah haji yang pertama. Adapun yang menjadi modal awal pembangunan ini
 berasal dari materi yang dititipkan kepada adik kandung beliau (KH. 
Asfihani Faqih) yang nyantri di Pondok Pesantren Romo KH. Abdul Hamid 
Pasuruan.
Pada
 saat itu KH. Asfihani Faqih turun dari tangga sehabis mengajar, tiba 
tiba ada seseorang yang tidak dikenal memberikan sekantong uang, 
kemudian beliau pergi dan menghilang. Pada pagi harinya KH. Asfihani di 
panggil oleh KH. Abdul Hamid Pasuruan, beliau berkata “Asfihani saya ini
 pernah berjanji untuk rnenyumbang pembangunan rumah santri (jama’ah) 
tapi hari ini saya tidak punya uang, Yai silihono dhuwit opo'o nak !”. 
kemudian KH. Asfihani menjawab "saya tadi malam habis mengajar di beri 
orang sekantong uang, dan saya tidak kenal orang tersebut”. KH. Abdul 
Hamid berkata “ Endi saiki dhuwite ndang ayo di itung”. Lalu KH. 
Asfihani mengambil uang tersebut dan dihitung sebanyak Rp. 750.000,-. 
Yang pada akhirnya KH. Abdul Hamid Pasuruan memberi isyarat, bahwa yang 
memberikan uang tersebut adalah Nabiyullah Khaidir AS (Abul Abbas Balya 
bin Malkan), kemudian KH. Abdul Hamid Pasuruan berkata pada KH. Asfihani
 “Nak, saiki muliyo. Dhuwit iki ke’no abahmu kongkon bangun Musholla”.
Suatu
 kisah yang tak kalah menarik, adalah saat Pondok induk dalam taraf 
penyelesaian pembangunan, Hadrotus Syaikh KH Abdul Hamid Pasuruan datang
 dan memberi sebuah lampu Neon 40 Watt 220 Volt untuk penerangan Pondok 
Pesantren Mamba’us Sholihin. Padahal saat itu listrik belum masuk desa 
Suci. Mengingat yang memberi termasuk kekasih Allah, maka Pengasuh 
Pesantren yakin bahwasannya ini merupakan sebuah isyarat akan hadirnya 
sesuatu. Dan ternyata tidak berselang lama, tepatnya pada tahun 1976, 
masuklah aliran listrik ke desa Suci, dan rupanya Neon ini merupakan 
isyarah akan tujuan pondok pesantren Mambaus Sholihin. 
Pada
 pembangunan Tahap selanjutnya, KH. Agus Ali Masyhuri (Tulangan 
Sidoarjo) membeli sepetak tanah yang baru diberinya dari salah seorang 
anggota Darul Hadits, yang kemudian tanah yang terletak disebelah Masjid
 Jami' Suci "Roudhotus Salam" itu menjadi bakal dari Pesantren Putra 
Mamba'us Sholihin.
III. Asal Mula Nama Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin
Asal
 mula pondok ini diberi nama “At-Thohiriyah”. Mungkin oleh Pendiri dan 
Pengasuh di sesuaikan dengan nama desa tempat Pondok Pesantren ini 
didirikan, yaitu desa Suci.. Sedang nama Madrasah saat itu adalah 
Roudhotut Tholibin. Ini disesuaikan dengan nama masjid Desa Suci 
"Roudhotus Salam”.
Karena nama mempunyai makna yang penting, maka untuk memberi nama perlu perhatian dan pemikiran yang khusus, serta pemikiran nurani yang jernih dan membutuhkan petuah dari sesepuh yang benar-benar makrifat pada Allah.
Karena nama mempunyai makna yang penting, maka untuk memberi nama perlu perhatian dan pemikiran yang khusus, serta pemikiran nurani yang jernih dan membutuhkan petuah dari sesepuh yang benar-benar makrifat pada Allah.
Suatu
 saat K.H Abdullah Faqih sowan pada guru Mursyid beliau untuk memohonkan
 nama yang cocok untuk Pesantren yang telah berdiri, oleh Al Alim Al 
Allaamah Al-‘Arif Billah Hadrotus Syaikh K.H Ustman Al-Ishaqi diberi 
nama “Mamba'us Sholihin“ (yang bermakna sumber orang-orang Sholeh). " 
Nama ini dimudlofkan pada isim fa’il, Insya Allah kelak santri yang 
mondok di Pesantren ini akan menjadi anak yang sholeh meski kurang 
pandai", begitulah fatwa beliau.
IV. Visi dan Misi :
| 
» | 
Mempersiapkan kader Muslim yang Intelektual dan Intelektual yang Muslim. | 
| 
» | 
Melestarikan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama'ah demi berlangsungnya kehidupan religi yang moderat dalam Negara Republik Indonesia. | 
| 
» | 
Mencetak generasi Islam yang berpegang teguh pada ajaran Al-Qur'an dan Al-Hadist, kritis dan profesional dalam segala bidang. | 
V. Motto :
| 
» | 
Alim sholeh kafi  | 
| 
» | 
Bondho bahu piker lek perlu sak nyawane pisan | 
| 
» | 
المحافظة على القديم الصالح والأخذ بالجديدالأصلح | 
| 
» | 
Berjasalah, dan jangan minta jasa | 
| 
» | 
Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja | 
VI. Sistem Pendidikan PP. Mamba'us Sholihin
Mamba'us
 Sholihin yang mengadopsi perpaduan sistem Salaf-Modern ini mengusung 
berbagai format & materi dalam sistem pengajarannya. Hal ini tak 
lepas dari pada Background Pengasuh Pesantren Al Mukarrom KH Masbuhin 
Faqih, yang merupakan alumni Pondok modern Gontor dan Pondok Pesantren 
Langitan. Dengan semangat "المحا فظة علىالقديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلح
 " yaitu ”melestarikan kebaikan masa klasik, dan mengadopsi hal-hal baru
 yang lebih baik”, menjadikan Mamba'us Sholihin sebagai Pesantren yang 
cukup lengkap kurikulum pendidikannya, baik yang berupa pendidikan 
formal maupun non formal. Kurikulum yang dikembangkan di Pondok 
Pesantren Mamba'us Sholihin merupakan perpaduan antara tiga Pondok 
Pesantren yang menjadi kiblat aktivitas keseharian di Mamba'us Sholihin,
 ketiga Pesantren tersebut antara lain ; 
- Pondok Modern Gontor. Merupakan kiblat Mamba'us Sholihin dalam hal Penguasaaan Bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Mamba'us Sholihin juga mengadopsi sistem keorganisasian sosial kemasyarakatan sebagaimana yang diterapkan di Pondok Modern Gontor.
- Pondok Pesantren Langitan. sebagai kiblat Mamba'us Sholihin dalam hal kurikulum Salafiyahnya.
- Dalam Hal Ubudiyahnya, Mamba'us Sholihin berkiblat ke Pondok Pesantren Roudhotul Muta'allimin Sawahpolo Surabaya
mambaussholihin.net

