Perjalanan KH. Anwar Zahid, Dai Asal Bojonegoro - Dai kondang asal Desa Simorejo, 
Kecamatan Kanor, Bojonegoro, mengaku saat ini bisa ceramah karena 
belajar mulai dari nol. Nama Kiai Qulhu baru tersohor sejak enam tahun 
terakhir.
“Ya, pokoknya mulai tahun 2011 itu mulai banyak undangan. Tahun 
2007 sebetulnya sudah mulai ceramah tapi masih di dekat-dekat desa sini,
 itupun satu bulan sekali,” ujar Kiai Anwar.
Ia mengaku belajar ceramah itu dari mengajar santri di tempat 
mondoknya dahulu. Yakni, di ponpes Langitan, Tuban dan Ta’limul Quran di
 Bungah, Gresik. Selain itu ia juga belajar dari guru-gurunya. Sebab, 
dia sering disuruh mengantarkan kiainya untuk ceramah.
Dari situ, ia mulai belajar ceramah. Dahulu, kata dia, ia hanya 
dakwah dari kampung satu ke kampung lainnya, dari satu mushala ke 
mushala lainnya. “Ya intinya belajar lah. Karena hakikatnya hidup 
itu adalah belajar, ibarat sekolah maka harus naik kelas, begitu juga 
kehidupan juga harus selalu ada peningkatan,” kata Anwar menjawab kesuksesannya itu.
Selain belajar, sambung dia, adalah hidup yang barokah. “Saya 
terinspirasi dari al-quran, bahwa di manapun kita berada kita memohon 
agar kehidupan kita barokah. Saya selalu berdoa, Ya Allah tempatkan aku 
di mana saja dalam keberkahan, seperti itu,” jelasnya.
Kiai yang juga jebolan ponpes Abuya Sayyid Maliki, Al-Hasani, Makkah 
itu saat ceramah lebih banyak menyampaikan dalil qauniyah, atau realitas
 kehidupan, agar dengan mudah dipahami oleh masyarakat. Pasalnya, 
sasaran dakwahnya kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah kadar 
ilmunya. “Tapi tetap ada dalilnya,” ungkapnya.
Ia ceramah dengan bahasa yang blak-blakan serta selingan guyonan itu 
tujuannya agar mereka (yang mendengarkan) senang mengaji dulu. “Setelah mereka senang ngaji, nanti mereka akan memilih kiai lain yang ngajinya serius,” ujarnya.
Yang mengangetkan, jika ingin anda mendatangkan kiai lucu tersebut 
harus menunggu lama. Sebab, antreannya mencapai tiga tahun. Itupun kalau
 masih ada jadwal yang kosong, kalau tidak ada ya harus antre empat 
tahun, dan seterusnya.
“Sekarang saya batasi. Misalnya buka pendaftaran tahun 2016 ini untuk jadwal ceramah tiga tahun mendatang,” jelas kiai yang baru punya satu putra itu.
“Mulai tahun 2010 sampai 2015 jadwal saya full, tidak saya 
batasi. Sehari semalam ceramah tiga sampai empat kali. Tapi sekarang 
saya batasi, dalam seminggu saya harus dua kali di rumah mengajar dan 
bertemu keluarga,” tandasnya.
Sumber: bangsaonline.com

