Mengenal Huruf Pegon & Abajadun -  Warisan Walisongo (1) - Huruf pegon adalah huruf dengan menggunakan aksara arab atau lebih 
tepatnya huruf yang dimodifikasi dengan ejaan Indonesia (jawi). Huruf 
pegon muncul sekitar tahun 1200 M / 1300 M bersamaan dengan masuknya 
ajaran Islam di Indonesia.
Membedakan huruf Arab pegon dengan huruf Arab asli bisa dikatakan 
sangat mudah. Penulisan Arab pegon menggunakan semua aksara Arab 
Hijaiyah, dilengkapi dengan konsonan abjad Indonesia yang ditulis dengan
 aksara Arab yang telah dimodifikasi.
Dan menurut catatan lain, huruf pegon muncul sekitar tahun 1400 M 
yang digagas oleh RM. Rahmat atau lebih dikenal dengan sebutan Sunan 
Ampel di Pesantren Ampel Dentha Surabaya. Sedangkan menurut pendapat 
lain, penggagas huruf pegon adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung
 Jati Cirebon. Wallahu A’lam.
Huruf pegon terbentuk seiring pergantian masa kejayaan kepercayaan 
animisme, dinamisme, hindu dan budha. Dan juga terbentuk karena 
dikalangan pesantren membutuhkan formula bahasa yang dapat digunakan 
untuk mempermudah mempelajari kandungan al Quran Hadis yang berbahasa 
arab. Maka dari sinilah huruf pegon terbentuk.
Penamaan huruf pegon sangat banyak, di daerah Malaysia dinamakan huruf Jawi. Sedangkan dikalangan pesantren dinamai huruf arab pegon. Namun di kalangan yang lebih luas, huruf Arab pegon dikenal dengan istilah huruf Arab Melayu karena ternyata huruf Arab berbahasa Indonesia ini telah digunakan secara luas di kawasan Melayu mulai dari Terengganu (Malaysia), Aceh, Riau, Sumatera, Jawa (Indonesia), Brunei, hingga Thailand bagian selatan. Tak heran, jika kita membeli produk-produk makanan di kawasan dunia Melayu (Malaysia, Thailand Selatan, Brunei, dan beberapa wilayah di Indonesia) dapat dipastikan terdapat tulisan Arab pegon dalam kemasannya walaupun dengan bahsa yang berbeda.
Penamaan huruf pegon sangat banyak, di daerah Malaysia dinamakan huruf Jawi. Sedangkan dikalangan pesantren dinamai huruf arab pegon. Namun di kalangan yang lebih luas, huruf Arab pegon dikenal dengan istilah huruf Arab Melayu karena ternyata huruf Arab berbahasa Indonesia ini telah digunakan secara luas di kawasan Melayu mulai dari Terengganu (Malaysia), Aceh, Riau, Sumatera, Jawa (Indonesia), Brunei, hingga Thailand bagian selatan. Tak heran, jika kita membeli produk-produk makanan di kawasan dunia Melayu (Malaysia, Thailand Selatan, Brunei, dan beberapa wilayah di Indonesia) dapat dipastikan terdapat tulisan Arab pegon dalam kemasannya walaupun dengan bahsa yang berbeda.
Huruf Pegon berasal dari lafadz jawa pego, yang artinya 
menyimpang. Karena memang huruf ini menyimpang dari literatur arab juga 
dari literatur jawa. Bagi yang pernah nyantri tentunya faham dengan 
huruf pegon, huruf-huruf ini bisa dikatakan sebagai sebuah aksara nyleneh, karena tatanannya yang agak berbeda dengan bahasa aslinya (Arab bukan, Jawa juga bukan).
Sayangnya, huruf Arab pegon kini tak lagi dikenal oleh masyarakat 
luas. Padahal, menurut sejarahnya, huruf Arab pegon telah digunakan 
secara luas oleh para penyiar agama Islam, ulama, penyair, sastrawan, 
pedagang, hingga politikus di kawasan dunia Melayu. Peran penjajah juga 
mempengaruhi berkurangnya pemahaman huruf pegon. Karena pada masa 
penjajahan dalam pemerintahan bahasa yang digunakan adalah huruf latin. 
Sedangkan huruf pegon terisolir didunia pesantren.
Pergeseran penggunaan huruf Arab pegon bukan cuma  pada huruf latin 
saja, namun hingga menjadi huruf Romawi. Hal ini dimulai saat Kemal 
Attaturk dari Turki menggulingkan kekuasaan Khalifah Utsmaniyah 
terakhir, Sultan Hamid II pada tahun 1924.
Kongres bahasa yang diadakan di Singapura pada 1950-an memperkuat 
kedudukan huruf Romawi. Salah satu keputusan dalam kongres tersebut 
menghasilkan pembentukan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia yang 
mempelopori dan mengompori penggunaan abjad Romawi. Saat itulah hampir 
semua penerbit koran, majalah, dan buku dengan terpaksa mengganti aksara
 Arab pegon dengan huruf Rumawi.
Sumber : http://misykat.lirboyo.net/

